Oleh-oleh dari Surabaya, belajar tentang Pengelolaan Rumah Hunian Idaman Rakyat (RHIR) dari Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Jawa Timur.
Saya
akan menceritakan pengalaman yang telah mencerahkan (enlightening experience) saya saat belajar ke Jawa Timur pada
akhir Maret 2018 lalu. Sebelumnya, latar belakang keberangkatan kami dari
Gorontalo ke Jawa Timur adalah karena kami di Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi Gorontalo sejak tahun lalu mendapat amanah
membangun Rumah Hunian Idaman Rakyat
(RHIR) sebanyak 720 unit per tahun. RHIR adalah istilah kami untuk rumah
sederhana gratis yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin di Gorontalo. Selain
di tingkat provinsi, seluruh kabupaten dan kota di Gorontalo juga melaksanakan
program ini. Saya menduga, mungkin hampir seluruh provinsi/kabupaten/kota di
Indonesia juga melaksanakan program ini.
Ada
yang khusus yang kami lakukan dalam pembangunan RHIR tahun ini yaitu pelibatan
TNI dalam pembangunannya. Pada awal Maret 2018, KODAM XIII Merdeka yang
membawahi Provinsi SULUT dan Gorontalo bersama Gubernur Gorontalo Rusli Habibie
menandatangani Memorandum of Undertanding (MoU) yang menyatakan beberapa
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tahun ini akan mengikat kontrak dengan
Komando Daerah Militer (KODIM) 1304 Gorontalo dalam beberapa kegiatan. Sebagai
informasi, pasca pemekaran Gorontalo sebagai provinsi baru terpisah dari
provinsi induknya Sulawesi Utara, pihak TNI belum mengambil kebijakan untuk
membentuk Komando Resort Militer khusus untuk Gorontalo sehingga meskipun
Gorontalo saat ini sudah berbentuk provinsi tersendiri namun secara teritori
militer masih terikat ke KODAM XIII Merdeka di Manado dalam bentuk KODIM. Saat
ini di Kecamatan Pulubala (kurang lebih satu jam perjalanan dari Markas KODIM
1304 Gorontalo) sedang dibangun kompleks Markas yang direncanakan untuk
ditempati KOREM Gorontalo.
![]() |
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan Pangdam XIII Merdeka |
Saat
tulisan ini saya buat, tindak lanjut dari MoU ini masih belum terealisasi
karena dinas kami masih mempelajari bentuk organisasi dan pola kerja sama yang
akan dilakukan pasca MoU. Untuk itulah,
atas inisiatif Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi
Gorontalo, Bapak Rusli Nusi, kami bertolak ke Jawa Timur untuk mempelajari
keberhasilan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahu membahu dengan TNI dan
masyarakat setempat bekerja sama membangun rumah yang layak huni bagi
masyarakat.
Bagi
manusia, rumah adalah tempat tinggal yang merupakan tempat yang paling utama untuk saling berbagi dan bertahan hidup. Tanpa rumah manusia
tidak akan maksimal menjalankan kehidupan sosialnya. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan & Permukiman). Karena
itulah sejak awal pemerintahan Presiden RI Joko Widodo telah mencanangkan
program pembangunan satu juta rumah bagi masyarakat miskin di Indonesia hingga
2019 nanti.
Masalah
yang dihadapi pemerintah saat ini adalah masih banyaknya masyarakat (terutama masyarakat
miskin) yang tinggal di rumah tidak layak huni. Ini adalah dampak dari faktor kemiskinan yang
saat ini masih menjadi musuh utama dunia. Tingkat kemiskinan sendiri di
Gorontalo saat ini menunjukkan angka 17.14% dengan faktor rumah sebagai salah
satu penyebab kemiskinan. Untuk mereduksi angka kemiskinan hingga paling tidak
turun menjadi 16,1% pada saat pengukuran Maret 2019 nanti, Pemerintah Provinsi Gorontalo memastikan
pembangunan 720 unit RHIR terhadap warganya tahun ini (dan 1000 unit RHIR setiap tahun kedepan) dengan
harapan agar semakin hari semakin sedikit warga Gorontalo yang menghuni rumah tidak
layak huni.
Pemerintah
Provinsi Gorontalo menyadari bahwa lokasi pembangunan RHIR yang tersebar di
berbagai desa terpencil di Kabupaten/Kota akan menyulitkan realisasi ratusan
bahkan ribuan rumah ini dalam satu tahun anggaran. Itulah mengapa Gubernur
Gorontalo kemudian berinisiatif menggandeng TNI dalam mewujudkan program mulia
ini. Gubernur Gorontalo berpendapat, penguasaan teknik membangun rumah,
penguasaan teritorial (dari tingkat KODAM, KOREM, KODIM, hingga KORAMIL),
kemampuan personil yang tangguh di segala medan dan solidnya organisasi tata
kerja TNI merupakan faktor kunci bagi pembangunan RHIR tahun ini. Selain itu,
jika menilik UU
No. 34 Tahun 2004 tentang TNI,
maka ada dua tugas utama TNI yang dapat dilaksanakan secara simultan yaitu (1) OMP (Operasi Militer Perang) yaitu pengerahan dan penggunaan kekuatan
militer untuk menghadapi agresi
militer negara lain dan (2) OMSP (Operasi
Militer Selain Perang) dalam rangka melaksanakan 14 Tugas, yang dua diantaranya adalah :
- Membantu Tugas Pemerintah Daerah untuk mendukung sepenuhnya setiap program yang
berorientasi kepada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.;
- Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.
Jika
kita lihat PERMENPERA NO :
22/PERMEN/M/2008 disitu disebutkan bahwa RUMAH TIDAK LAYAK HUNI adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan
bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.
Ini adalah kriteria umum. Sedangkan secara khusus kriteria RHIR yang akan
dibangun Pemerintah Provinsi Gorontalo berpedoman
pada 6 (enam) indikator kemiskinan, yaitu :
- Lantai rumah
masih berupa tanah
- Dinding rumah
terbuat dari bilik bambu
- Tidak memiliki
jendela dan ventilasi udara
- Tanah milik
pribadi dan tidak bermasalah
- Tidak mempunyai
aset lain diluar rumah sebesar lebih kurang Rp. 500.000,-
- Penghasilan
tidak tetap (buruh serabutan dibawah umur / janda / jompo)
Di
lapangan, kami menemukan banyak kondisi yang lebih memprihatinkan dari kriteria
di atas. Kardus bekas alat elektronik, plastik bekas baliho kadang dijadikan
dinding rumah sedangkan penghasilan bisa saja tidak menentu atau bahkan kurang
dari Rp. 20.000,- per hari.
Kita
kembali ke kisah perjalanan kami. Hotel Papilio, sebuah hotel bintang tiga yang
letaknya hanya 5 menit bermobil dari Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman
dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur kami pilih sebagai basecamp kami. Sebelum tiba di hotel yang asri ini, kami telah
dihubungi oleh Dr. Ir. Herry Sinurat, MT, SH, MH. Beliau adalah utusan dari Pak
Agus Heru, Kepala Bidang Perumahan yang saat itu berhalangan menerima kunjungan
kami karena harus menghadiri acara di Batam. Pak Herry atau Pak Sinurat, begitu
kami menyapanya akrab, menuntun kami menemukan hotel ini dan berjanji menerima
kunjungan kami besok harinya. Setelah
makan malam yang luar biasa enaknya di restoran ikan dekat hotel, kami putuskan
istirahat sambil merundingkan bahan diskusi yang akan kami tanyakan kepada Pak
Herry besoknya. Oh ya, sedikit tentang restoran ini, saya pribadi selama ini
selalu menghindari makan ikan bandeng karena tulangnya yang banyak. Tapi di
restoran ini kami disuguhi makan malam dengan ikan bandeng tanpa tulang. Surprise!
Entah bagaimana teknik memasaknya yang jelas kami tidak menemukan sepotong
tulangpun (kecuali tulang kepala dan tulang ekor) dalam tubuh ikannya.
Maknyosss? Tentu saja. Kalo kalian mau nyoba makan disini, ajak saya yah hehehehe
Besoknya,
kami mengawali pagi lebih awal. Sarapan di resto hotel bintang tiga memang
terasa istimewa bagi kami yang bisanya hanya makan di dapur hehehehe
Pak
Herry Sinurat seorang yang disiplin. Wajar bila ada enam buah gelar berderet di
depan dan belakang namanya yang khas Medan. Beliau menunggu kami sejak sebelum
jam 9 pagi. Kami memang terlambat 15 menit dari rencana karena sopir taxi yang
tidak menguasai daerah itu. Saat kami masuk ruang rapat, telah ada tim dari Dinas
Perumahan dan Permukiman Provinsi Kepulauan Riau yang kebetulan punya misi
belajar yang sama dengan kami.
![]() |
Foto bersama Pak Herry, Tim Gorontalo dan Tim Kepulauan Riau Di Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur |
Pak Herry
juga membenarkan langkah yang kami ambil setelah menentukan tipe swakelola
yaitu jika akan bekerja sama dengan TNI maka tahap perencanaan dan tahap
pengawasan tetap ada dalam kendali kami di OPD sedangkan tahap pelaksanaan
diserahkan sepenuhnya kepada TNI. Dalam hal ini TNI tetap harus menyediakan
personil yang mengawasi pembangunan secara internal dan melaporkan kemajuan
pekerjaan secara periodik kepada tim pengawas OPD. Sebagai info, proses
perencanaan rumah sederhana ini telah dikerjakan oleh tim perencana Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Gorontalo bekerja sama dengan
Bele Lo Arsitek, sebuah institusi mini bentukan Dinas PUPR Provinsi Gorontalo (Dinas
induk kami sebelum dipecah menjadi Dinas PUPR dan Dinas PRKP) dengan Sekolah
Tinggi Teknik STITEK Bina Taruna Gorontalo.
Hal
lain yang kami pelajari adalah semangat kerja yang tinggi oleh para personel Dinas
Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Jawa Timur dan Personil TNI
Kodam V Brawijaya. Setiap tahun sejak 2009 Pemerintah Provinsi Jawa Timur
membangun ribuan rumah yang pengelolaannya dikerjakan oleh TNI. Tahun 2017 lalu
telah dibangun 10.550 rumah dan tahun ini ditargetkan jumlah yang sama bisa
selesai sebelum lebaran tahun ini. Pak Herry menuturkan bahwa adalah merupakan
sebuah kebahagiaan tersendiri bagi mereka bisa melihat senyum saudara-saudara
mereka saat merayakan lebaran di rumah baru.
![]() |
Gubernur Jawa Timur saat peninjauan ke lokasi pembangunan |
Ada
beberapa manfaat yang dapat diambil dari kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Kodam V Brawijaya ini yaitu : (1) pembangunan rumah ini menyentuh langsung
kebutuhan masyarakat kecil dan sesuai dengan kebijakan Pemprov Jawa Timur yang pro poor (berpihak pada rakyat miskin), job oriented (berorientasi pada
tugas;pemberdayaan) dan growth with
equity (tumbuh dalam kesetaraan). (2) program ini disambut antusias oleh
masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota sebab secara langsung ikut mengurangi
angka kemiskinan di tingkat kabupaten/kota. (3) program ini menjadi icon Jawa Timur di tingkat nasional,
terbukti dengan banyaknya daerah lain yang berkunjung untuk belajar ke Jawa Timur.
(3) Meningkatkan apresiasi dan kepercayaaan rakyat kepada pemerintah daerah dan
TNI. (4) Menumbuhkan rasa kepedulian sosial dan kebersamaan. (5) memacu
pertumbuhan ekonomi wilayah baik pra pembangunan dengan naiknya eskalasi
penjualan material bangunan maupun pasca pembangunan dengan naiknya kebutuhan
alat rumah tangga yang digunakan untuk mengisi rumah yang baru selesai dibangun
dan (6) mewujudkan visi Kodam V Brawijaya yaitu disiplin, profesional,
berprestasi dan dicintai rakyat.
![]() |
Pangdam V Brawijaya saat menyerahkan bantuan |
Pada
saat diskusi terungkap ada perbedaan basis data antara kami di Gorontalo dengan
di Jawa Timur. Jika Pemerintah Provinsi
Jawa Timur menggunakan UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman maka
di Gorontalo payung hukumnya adalah UU No 11 Tahun 2013 tentang Fakir Miskin.
Karena menggunakan UU No 11 ini maka data yang digunakan sebagai basis
penentuan penerima manfaat adalah Basis Data Terpadu yang dikembangkan oleh
Kementerian Sosial sedangkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur karena menggunakan
payung UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman maka basis data yang
digunakan adalah Basis Data Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dikembangkan
oleh Kementerian PUPR. Akan tetapi kami yang hadir dalam diskusi semua sepakat
bahwa apapun payung hukumnya dan apapun basis datanya, kami dari Pemerintah Provinsi
Gorontalo dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan didukung oleh Kodam XIII
Merdeka dan Kodam V Brawijaya bertekad kuat untuk mensukseskan pembangunan
rumah ini dan mendukung program penyediaan satu juta rumah bagi masyarakat
miskin sebagaimana telah dicanangkan pemerintah pusat pada awal 2014 lalu.
Kami
diajak mengunjungi lapangan untuk melihat langsung dampak pembangunan RTLH ini
dengan bekerja sama dengan TNI. Sayangnya
untuk progress 2018 belum bisa kami kunjungi karena saat ini pihak TNI masih
dalam tahap persiapan. Akan tetapi dari tiga rumah hasil pembangunan 2017 yang
kami kunjungi kami melihat wajah-wajah gembira yang tergambar dari senyum para
penerima rumah. Pak Herry mengajak kami keliling beberapa kawasan dengan
mengajak anggota Koramil setempat.
![]() |
Foto papan nama dan foto sebelum dibangun sebuah rumah di Desa Trenggalek |
![]() |
Foto sesudah dibangun rumah di Desa Trenggalek |
Disela
kunjungan lapangan kami sempat diajak menikmati sate kambing yang tastenya juga
oke punya. Makan sambil duduk di pinggiran sungai dibelai angin sepoi yang
bertiup dari kejauhan benar-benar bisa meregangkan otot yang lelah dalam
perjalanan. Sayangnya Pak Sulistyo, staf Dinas Perumahan Rakyat Permukiman dan
Cipta karya yang memandu kami tidak ikutan makan karena sedang puasa.
![]() |
Menikmati sate kambing di sela-sela kunjungan |
Kami masih melanjutkan perjalanan ke beberapa rumah berikutnya hingga sore hari dan
setelah puas berputar-putar kembali ke hotel dengan diantar Pak Herry dan Pak
Sulistyo.
![]() |
Kondisi sebuah rumah sesudah dibangun |
![]() |
Kondisi rumah (foto di atas) sebelum dibangun |
Perjalanan
kali ini luar biasa. Bukan hanya bagi dinas kami yang akan melaksanakan
pekerjaan besar pembangunan RHIR namun juga bagi jiwa kami yang terpuaskan
dengan bertemu para penerima rumah yang terlihat begitu bahagia atas layanan
dasar yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Terima
kasih bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur khususnya Dinas Perumahan Rakyat
Kawasan Permukiman dan Cipta Karya, lebih khusus lagi untuk Pak Agus Heru, Pak
Herry Sinurat dan Pak Sulistyo yang telah berbagi pengalaman dan ilmu manajemen
penanganan rumah tidak layak huni kepada Tim Gorontalo. Semoga tahun ini,
kegembiraan yang sama akan menghiasi wajah warga miskin Gorontalo yang akan
kami bangun rumahnya sesegera mungkin.
Soerabaja,
akhir Maret 2018
0 Response to "Oleh-oleh dari Surabaya, belajar tentang Pengelolaan Rumah Hunian Idaman Rakyat (RHIR) dari Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Jawa Timur."
Post a Comment